Wisata Masa Lalu di Desa Wisata Pecinan Glodok

    

    Kawasan pedesaan selalu menawarkan keindahan pemandangan dan sejuknya udara pagi. Jauh dari polusi udara maupun suara. Jadi desa dan segala keunikannya bisa jadi daya tarik wisata ya guys. Tapi ada sebuah desa yang unik, tidak seperti desa pada umumnya. Ini semua terjadi karena desa ini bukan terletak di kawasan terpencil, ataupun kaki gunung, tapi justru terletak di Ibu Kota Jakarta.....Loh kok bisa?

Ya bisa bisa aja dong, kalau masih ga percaya ada desa di tengah kota, di Ibu Kota pula, coba berwisata ke Desa Wisata Pecinan Glodok yang ada di Jakarta Barat. Awalnya gw juga cukup surprise, walaupun kawasan ini sudah terkenal. Namun menjadi desa wisata adalah sesuatu yang luar biasa. Kawasan ini bahkan berhasil menembus 50 besar desa terbaik dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) yang diadakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)

    Wah...layak banget nih masuk bucket list wisata gw tahun ini, dan ga jauh pula, masih di Jakarta. Saat akhir pekan di bulan Desember, gw pun mendatangi kawasan ini. Sebenarnya sudah beberapa kali melewati kawasan Pecinan Glodok, tapi tujuan kali ini memang bener bener pengen eksplor kawasan ini.

    Seperti biasa, gw naik Kereta Commuterline arah Jakarta Kota, jujur gw lebih menikmati menggunakan transportasi umum daripada mobil pribadi, karena bebas dari kemacetan, dan kebetulan karena gw suka lari, jalan kaki adalah hal yang menyenangkan. Dan sampailah gw di Stasiun Jakarta Kota, dari stasiun ini, gw memulai petualangan seru di Desa Wisata Pecinan Glodok.

SEJARAH KAWASAN GLODOK

    Oh ya...ga lengkap rasanya, kalo kalian belum tahu asal usul dari kawasan ini. Dahulu kawasan Glodok merupakan bekas tempat isolasi kaum Tionghoa. Flash back ke abad 17, VOC menempatkan masyarakat tionghoa dalam satu wilayah yang kini dikenal sebagai pecinan. Nah strategi itu diterapkan demi alasan keamanan penjajah Belanda dan warga penghuni benteng pasca Perang Cina, Oktober 1740. 

ASAL MULA NAMA GLODOK

    Memasuki kawasan ini, gw pun penasaran, mengapa dinamakan Glodok ya, ternyata ada ceritanya. Jadi orang zaman dulu seneng banget membuat nama tempat dari sebutan atau kondisi saat itu. Dahulu masyarakat mengambil air bersih dari pancuran yang ada di depan Museum Fatahillah. Sumber mata air pancuran itu berada cukup jauh, sekitar 3 kilometer dari pancuran dan dialirkan menggunakan pipa. Nah kincir kayu di sumber mata air itu berputar dan mengeluarkan suara 'glodok, glodok'. Jadilah kawasan tersebut dikenal dengan Glodok.

DESA WISATA PECINAN GLODOK

    Memasuki kawasan Desa Wisata Pecinan Glodok, gw disambut dengan gapura selamat datang dengan ornamen khas Tionghoa. Walaupun didominasi nuansa budaya Tionghoa, namun di kawasan ini juga terjadi kolaborasi banyak etnis, seperti Sunda, Betawi hingga Jawa yang telah terbetuk selama ratusan tahun. Ada sejumlah tempat yang layak dikunjungi di desa wisata Pecinan Glodok, yuk simak lagi jalan jalan gw di kawasan ini.

PANTJORAN TEA HOUSE

    Tidak jauh dari gapura selamat datang, tepatnya di sudut area jalan pancoran Glodok. Suasana oriental sangat terasa saat emasuki kedai teh. Bangunan ini sempa direnovasi, namun arsitektur bangunan kolonialnya masih dipertahankan. Kedai teh ini masih menyimpan beberapa tradisi masa lalu, yaitu tradisi patekoan. Wah...jadi pengen tau arti Patekoan, ternyata patekoan punya dua suku kata asli yang terpisah, yaitu ''pa'' yang bermakna ''delapan'' dan ''teiko'' yang merujuk pada ''teko''. 

    Tradisi ini lekat dengan cerita seorang kapitan keturunan Tiongkok, Gan Djie di era Batavia pada tahun 1963. Djie dan istrinya memiliki kebiasaan menyajikan delapan teko teh gratis di depan kantornya untuk para pejalan kaki yang kehausan. Hingga saat ini tradisi patekoan masih dilestarikan, karena saat saya melewati Panjoran Tea House, saya melihat delapan teko ''for free'' untuk yang ingin mencoba teh.

PANCORAN CHINATOWN POINT 

    Berjalan memasuki kawasan Pecinan Glodok, saya menemukan Pancoran Chinatown Point, pusat perbelajaan unik dan megah dengan arsitektur bergaya Tiongkok. Di sini kalian bisa menemukan puluhan tenant yang sudah terkenal, seperti restoran, tempat perbelanjaan, fashion dan game center. Tempat makan di sini didominasi oleh Chinese Food dan sangat cocok dikunjungi keluarga. 

PETAK ENAM

    Ngga jauh dari Pancoran Chinatown Point, gw nemuin spot kuliner lagi ni, namanya Petak Enam. Kalian ngga akan kesulitan nemuin tempat ini, karena tulisan Petak Enam jelas terbaca dari pinggir jalan. Tapi jangan kepagian ke tempat ini ya, karena baru buka sekitar jam 9 pagi. Nah begitu masuk ke Petak Enam, gw langsung melihat berbagai macam kuliner yang ada di restoran maupun gerobak dengan nuansa bangunan ala Tiongkok. Setelah gw hitung hitung ada sekitar 30 tenant kuliner di sini, jadi kalian bisa memilih kuliner sesuai selera.

GANG GLORIA 

    Masih di desa wisata pecinan Glodok, adalagi loh pusat kuliner yang bisa dikunjungi wisatawan, yaitu Gang Gloria. Dahulu pada masa jayanya, ada sejumlahrestoran di Gang Gloria yang menjadi tempat jajanan favorit, seperti Kopi Tak Kie, Gado Gado Direktur, Soto Betawi Afung dan masih banyak lagi. Nah siap siap aja bakal kenyang setelah mencoba semua kuliner di sini. 

CANDRA NAYA 

    Puas menikmati kuliner, gw pun segera bergegas eksplor kawasan lain, akhirnya langsung berjalan ke Gedung Candra Naya. Untung energi lagi full abis makan banyak, karena gw berjalan sekitar 2 kilometer menuju ke Candra Naya. Sempat kebingungan mencari tempatnya, google maps pun sangat membantu. Dan akhirnya gw menemukan pemandangan tak lazim. Coba banyangkan ya guys, gw memasuki sebuah gedung dan apartemen megah, namun di gedung tersebut ada sebuah rumah tua bergaya oriental yang luas. Rumah ini seakan tak tersentuh zaman ya, tetap berdiri seperti aslinya di tengah pembangunan gedung bertingkat di kawasan ini. Rumah yang disebut Candra Naya ini adalah rumah terakhir dari Mayor China bernama Khouw Kim An yang lahir di Batavia pada 5 Juni 1879. Masuk ke sini gratis ya guys, dan saat gw berada di sana, rumah ini terlihat sepi, hanya ada beberapa pengunjung yang juga mengabadikan momen mereka saat berada di tempat ini.

    Seru banget jalan jalan gw kali ini, ngga harus jauh jauh ke luar Jakarta, ada desa wisata loh dengan berbagai macam kuliner dan tempat unik yang bisa dikunjungi. Selesai sudah petualangan gw di Desa Wisata Pecinan Glodok, Next mau kemana lagi nih?




Posting Komentar untuk "Wisata Masa Lalu di Desa Wisata Pecinan Glodok"