Sepenggal Kisah di Kota Lama Semarang

    


Tak perlu jauh pergi ke negeri Belanda, di Indonesia tepatnya di kota Semarang, Jawa Tengah ada sebuah tempat yang dijuluki LITTLE NETHERLAND. Bukan tanpa alasan, namun kawasan yang disebut Kota Lama ini memiliki sejarah panjang hingga disebut sebagai miniatur negeri Belanda.

    Dan perjalanan saya ke kota Semarang, berawal dari Stasiun Gambir, Jakarta. Dengan menggunakan Argo Bromo Anggrek, trip kali ini terasa sangat menyenangkan, karena saat naik kereta di pagi hari, kita bisa melihat pemandangan di luar jendela, baik itu sawah, hutan, maupun pegunungan yang seolah menyambut perjalanan saya dari jauh. Naik kereta memang menyenangkan yah travellers, karena waktu tempuhnya tak terlalu lama, hanya 5 jam perjalanan dari Ibu Kota. Akhirnya saya sampai di Stasiun Semarang Tawang.

    Kawasan Kota Lama Semarang menjadi satu kawasan dengan  Stasiun Tawang, dan saya pun menggunakan angkutan umum menuju ke kawasan legenda tersebut. Dan inilah kali pertama saya menjejakkan kaki di kawasan bersejarah ini. 

    First Impression saya, ternyata begitu terpesona. Bagaimana Tidak? Sejauh mata memandang, bangunan bangunan di wilayah ini ternyata memiliki gaya arsitektur zaman dulu. Arsitektur khas Eropa pada tahun 1700an. Kawasan ini memang dibangun dan menjadi saksi bisu sejarah pada masa penjajahan Belanda. 

    Terdapat kanal kanal air yang dibangun pada saat itu oleh Pemerintah Kolonial Belanda, dan keberadaannya masih bisa disaksikan hingga kini, walaupun kondisinya tidak terlalu terawat. Hal inilah yang menyebabkan Kota Lama mendapat julukan Little Netherland. Lokasinya yang terpisah dengan lanskap mirip kota di Eropa serta kanal yang mengelilinginya, menjadikan Kota Lama seolah miniatur Belanda yang ada di Semarang, Jawa Tengah.

    Sudah sampai di sini, saya langsung mengekspor dan menemukan sejumlah bangunan yang menjadi ikon dari Kota Lama Semarang, yaitu Gereja Blenduk, Gedung Asuransi Jiwasraya, Gedung Bank Mandiri Mpu Tantular, Gedung Oudetrap, Gedung De Spiegel, Marba, Pabrik Rokok dan masih banyak lagi, yang memiliki gaya Eropa. Saat saya berjalan di kawasan ini, serasa menembus lorong waktu hingga beberapa abad silam. 

    Ternyata memang Kota Lama ini sudah ramai sejak abad ke 17 loh, karena jadi salah satu pusat perdagangan di Indonesia. Bahkan di abad ke 18 hingga abad 19, banyak pedagang dari Tiongkok dan Arab yang memenuhi kawasan ini. 

    Sayapun tidak menemukan kesulitan saat berjalan di kawasan ini, lingkungannya bersih, sedap dipandang mata, fasilitasnya pun terbilang lengkap karena wisatawan seperti saya tidak akan kesulitan mencari tempat beribadan, toilet, dan tempat sampah. Ternyata kawasan ini baru saja direvitalisasi oleh pemerintah kota Semarang pada tahun 2019 silam. Ingat ya jangan kotori kawasan ini dengan sampah yang anda bawa, buanglah pada tempatnya. 

    Lelah berjalan kaki, saya mencoba bersepeda di kawasan ini. sudah ada jalur yang ditetapkan untuk para wisatawan. Saya naik sepeda mulai dari Monod Diephuis, Gereja Blenduk, Jembatan Berok, Jalan Empu Tantular, Marabunta, Jalan Letjen Suprapto dan kembali ke titik awal lagi. 

    Belum puas menikmati Kota Lama di pagi hingga siang hari, saya pun kembali ke kawasan ini pada malam hari. Saat week end, kawasan ini dipenuhi wisatawan yang ingin menikmati keindahan di malam hari. Lampu Lampu hias aneka warna menambah keindahan kawasan Kota Lama, tak ada kesan angker sama sekali. Semua warna seolah bercampur dengan kegembiraan wisatawan yang tumpah ruah. Momen ini pun tak saya sia siakan, ada banyak fotografer lokal yang siap mengabadikan momen keberadaan saya di Kota Lama dengan latar belakang bangunan bangunan khas Eropa ditambah semburat warna warni lampu nan indah. 

Dari setiap foto yang anda pilih, per lembarnya berharga 25 ribu rupiah. Pengalaman berwisata ke Kota Lama Semarang menjadi salah satu momen tak terlupakan yang pernah saya alami saat berwisata ke berbagai kawasan di tanah air.

Saat ini Kota Lama Semarang telah ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Kota, dan diusulkan sebagai World Heritage ke Unesco. 




Posting Komentar untuk "Sepenggal Kisah di Kota Lama Semarang"