Kawasan Malioboro yang bertabur Heritage Masa Lalu, Part 1


    

Siapa yang sudah pernah datang ke Malioboro, Yogyakarta? Kebanyakan travellers pernah ke destinasi kedua setelah Bali ini yaa. Malioboro memiliki pesona tak lekang waktu yang selalu menarik travellers untuk kembali datang berkunjung. Tak terkecuali gw yang tak pernah bosan mengunjungi kota ini. Ada saja hal hal baru yang gw temuin setelah berkunjung.

    Kali ini gw memilih travelling saat libur singkat kerja, 3 hari cukup kali ya, khusus untuk mengeksplore kawasan Malioboro. Kereta Api Tatsaka menjadi pilihan transportasi untuk sampai di tempat tujuan. Jangan tes antigen 1x24 jam sebelum keberangkatan. 

Perjalanan ke Yogyakarta

    Dari Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Kereta Api Tatsaka pun bergerak, semakin lama semakin cepat. Perjalanan menggunakan Kereta Api memiliki beberapa keunggulan ya guys, seperti ketika berangkat pagi hari, gw bisa menikmati pemandangan yang terpampang di balik jendela kereta, mulai dari pepohonan, sawah, jembatan, terowongan hingga perbukitan. 

    Suasana liburan sangat terasa jika memilih moda transportasi yang satu ini. Tidak terasa waktu berjalan, gw pun sampi di stasiun Tugu Yogyakarta. Salah satu keuntungan pergi ke yogya naik kereta api adalah ketika sampai, gw sudah berada di jantung kota Yogyakarta. Yup....bener banget karena lokasi  Stasiun Tugu berada tepat di samping Malioboro. Yukk kita lanjutkan perjalanan ke jalan paling terkenal di Nusantara ini.

Malioboro Masa Kini

    Kawasan penuh kenangan ini terus bersolek ya travellers, saat gw berkunjung ke sana, sudah banyak sekali perubahan, trotoar jalan dipercantik, dengan kursi kursi kayu yang berjajar rapi di sepanjang jalan. Ya.....suasana yang sangat menyenangkan saat menelusuri jalan bersejarah ini. Saat pandemi, banyak terdapat tempat cuci tangan, untuk memudahkan travellers membersihkan tangan. Oh ya....yang ngga mau capek berjalan, bisa memakai jasa becak motor atau kereta kuda untuk mengitari kawasan ini, tapi kalau gw lebih suka berjalan sambil melihat lihat situasi.

    Dari sejumlah artikel yang sempat gw baca, Jalan Malioboro ini didirikan bertepatan dengan pendirian Kraton Yogyakarta. Malioboro dalam bahasa Sansekerta bermakna karangan bunga. Bisa jadi ada hubungannya dengan masa lalu ketika Kraton mengadakan acara besar, makan jalan Malioboro dipenuhi bunga. Satu lagi ni, malioboro juga berasal dari nama seorang kolonial Inggris yang bernama Marlborough. Ia pernah tinggal di sana pada tahun 1811-1816. 

    Pedagang kaki lima, yang ada di emperan toko di sepanjang Malioboro ini sudah menjadi ciri khas yaa. Aksi tawar menawar antara pembeli dan pedagang seolah sudah menjadi nafas yang tak terpisahkan. Satu lagi nih......banyaknya kuliner di kawasan ini juga memberikan pilihan bagi pendatang. Silakan dipilih sendiri sesuai dengan kantong masing masing.

    Oh ya...saat gw menulis artikel ini, ada kebijakan baru dari pemerintah kota Yogyakarta untuk memindahkan pedagang kaki lima ke Gedung bekas bioskop Indra. Tentu ini menghilangkan ciri khas Malioboro yang lekat dengan pedagang kaki lima. Namun kita lihat saja ya, karena setiap kebijakan pasti untuk kebaikan. Termasuk untuk menata pedagang kaki lima di sepanjang Malioboro.

Oke.....ada apa aja heritage di kawasan Malioboro? lanjut ke part 2 nya ya....





Posting Komentar untuk "Kawasan Malioboro yang bertabur Heritage Masa Lalu, Part 1"