Pulau Nias, Warisan dunia dari Indonesia



Coba tebak......daerah mana yang terkenal dengan atraksi lompat batu? Yup benar sekali, pulau Nias di Sumatera Utara ya travellers. Nias kini terus bersolek untuk menjadi kawasan wisata baru, karena memiliki segudang adat istiadat dan kesenian yang mengundang decak kagum wisatawan. Untuk datang ke pulau nan eksotis ini ada banyak cara ya travellers, bisa melalui kapal laut dari Sibolga, Sumatera Utara, atau juga melalui transportasi udara yang kini sudah semakin banyak melayani rute ke Pulau Nias. So tunggu apalagi, ayo travelling ke pulau Nias.

Tari Perang atau Faluaya

Saat saya bertugas di pulau Nias, ada salah satu atraksi kesenian yang mengundang decak kagum, yaitu adalah Tari Perang atau Faluaya. Tari ini  sangat atraktif karena diilhami dari perang antar kampung. Dahulu para prajurit Nias berperang untuk mempertahankan kejayaan kampungnya masing masing dari serangan musuh. Dalam Faluaya dipertontonkan berbagai strategi perang tradisional. Para prajurit akan  mengenakan perlengkapan perang lengkap seperti  perisai, tombak dan golok untuk mempertahankan diri. Strategi dalam Faluaya terbukti efektif mengusir Belanda, saat mereka menjajah tanah Nias. Kostum para prajurit pun sangat menarik, karena mmeiliki warna warna yang cerah, selain hitam, mereka memakai warna merah dan kuning yang dipadu dalam sebuah kostum perang menarik. Selidik punya selidik, warna hitam, merah dan kuning memang beberapa warna yang telah dikenal suku Nias sejak jaman dahulu hehehe. Jadi mereka dahulu belum mengenal warna lain ya travellers. 

Tidak hanya cakap dalam berperang, pemuda Nias ini juga mahir melakukan atraksi lompat batu.  Tradisi lompat batu sudah dilakukan sejak jaman leluhur suku Nias. Saat masih sering terjadi perang antar suku, para pemuda melatih diri mereka  agar kuat dan mampu menembus tembok benteng lawan. Tradisi lompat batu pada masa silam diperuntukkan untuk acara pesta adat kematian Raja.  Konon bila Raja  atau  Si’ulu wafat harus disiapkan beberapa kepala manusia sebagai bantalan kepala, kaki, tangan,  dan tongkat Raja. Kepala manusia ini nantinya dikubur bersama Raja Adat. Untuk melaksanakan tugas ini  dipilihlah  pemuda yang pernah berperang melawan musuh Raja. Ia harus memiliki postur gagah, kuat, dan sanggup melompati tumpukan batu.

Desa Bawomataluo

Atraksi Tari Perang dan lompat batu hanya terdapat di daerah Nias Selatan, tepatnya di daerah teluk dalam. Salah satu desa kuno di nias selatan adalah  desa Bawomataluo. Desa ini telah dihuni sejak 1200 tahun yang lalu. Dalam bahasa Nias, Bawomataluo berarti Bukit Matahari. Desa ini memang berada di atas bukit, seolah dekat dengan matahari. Memasuki Bawomataluo laksana masuk ke peradaban masa lalu. Desa kuno ini memiliki arsitektur yang terencana  dengan sangat baik, sesuai dengan cara hidup masyarakat Nias pada zaman dulu yang membentuk kelompok tertentu. Bawomataluo dirancang sebagai satu perkampungan yang menyatu serta aman dari musuh yang menyerang. Di sini juga terdapat sisa sisa peninggalan batu zaman megalithikum dalam berbagai bentuk. Sungguh pemandangan yang sangat menakjubkan, ini adalah sebuah kawasan yang harus dilestarikan, agar anak cucu kita dapat melihat kebudayaan dan peradaban tinggi masa lalu di desa Bawomataluo.

Inilah Nias dengan segala keunikannya, gempa bumi dan tsunami yang menerjang tak mampu menghilangkan adat istiadat dan tradisi yang telah terpelihara sejak ribuan tahun silam. Pulau nan eksotis ini tetap bertahan dengan segala keterbatasan dana dan sumberdaya manusia. Bangsa indonesia boleh berbangga hati karena  Nias termasuk salah satu dari tujuh tempat di dunia yang budaya megalitnya masih hidup. Badan PBB UNESCO Telah  berencana memasukan pulau Nias sebagai warisan dunia dari Indonesia. 



Posting Komentar untuk "Pulau Nias, Warisan dunia dari Indonesia"