Kota Tua Penagi di Natuna
Well travellers…saatnya eksplor Natuna yuk, sebuah
kabupaten di ujung utara Indonesia, berbatasan langsung dengan negara Malaysia
dan Vietnam. Karena letak geografis Natuna yang diapit oleh negara negara
tetangga, perdagangan antara wilayah terdekat dengan Natuna yang sekarang
berbeda negara sudah terjadi sejak dahulu kala.
Saya mencoba menyusuri sisa sisa kejayaan Natuna
masa lalu, di Kota Tua Penagi. Saat memasuki kampung ini, saya melihat rumah
rumah panggung tua yang berjajar tepat di pinggir jalan lurus menuju dermaga
tua. Rumah panggung di sini terlihat sudah berumur. Ada yang sudah mengalami
kerusakan parah, karena tidak dihuni lagi. Atap rumah ambrol, dinding kayu yang
terlepas, dan lantai kayu berlubang menjadi pemadangan saya di kawasan ini.
Namun ada juga rumah panggung tua yang masih terawat karena berpenghuni. Cat
berwarna warnipun terlihat mencolok di beberapa rumah.
Di sini saya bertemu dengan tetua setempat, Koh
Sentong. Di usia menginjak lebih dari 70 tahun, ia sangat bersemangat
menceritakan kejayaan kota tua Penagi masa lalu. Dahulu kota tua Penagi menjadi
pusat perdagangan yang ramai. Menurut Koh Sentong kota tua Penagi telah ada
sejak sebelum Belanda masuk Indonesia. Pedagang dari Singapura hingga China
datang ke Penagi untuk berdagang. Letak Natuna yang berada di persimpangan
antar negara tetangga menjadi faktor banyak pedagang yang melakukan transit di
kepulauan ini.
Mereka membawa berbagai macam barang kebutuhan
untuk diperjualbelikan dengan penduduk setempat. Di kota tua Penagi masih
terdapat dermaga tua yang menjadi saksi kejayaan masa lalu. Namun kondisi
dermaga ini sudah termakan usia. Banyak kayu kayu yang telah roboh, tergantikan
dengan dermaga baru milik Angkatan Laut yang terletak tepat di sebelah dermaga
lama. Kondisi perkampunganpun makin termakan zaman. Kota tua Penagi hanya
meninggalkan kenangan masa lalu, karena sudah banyak ditinggalkan pemiliknya. Mereka
pindah ke ibukota Kabupaten Natuna di Ranai.
Ada satu hal yang menjadi ciri khas dari kota tua Penagi, yaitu toleransi antar warganya yang begitu tinggi. Di sini hidup
dua komunitas warga, yaitu warga muslim melayu dan warga keturunan Tionghoa. Meski
berbeda kepercayaan mereka tetap saling menghargai dan menghormati. Hal ini
ditunjukkan dengan keberadaan Surau, tempat ibadah umat muslim yang berada
tepat di sebelah Klenteng, tempat peribadatan agama Konghucu dan Budha. Dalam perayaan
hari besar agama, seperti Idul Fitri, warga Tionghoa turun tangan langsung
membantu kelancaran perayaan takbiran dan beberapa kegiatan lain. Begitu pula
saat perayaan hari keagamaan Budha dan Konghucu, malah warga muslim di kota tua Penagi ini ada yang menjadi penari Barongsai. Sebuah harmoni indah, yang
menjadi ciri khas bangsa Indonesia, yaitu persatuan.
Meski kota tua Penagi sebagai pusat
perdagangan hanya menjadi kenangan, namun agar kenangan tetap lestari,
sebaiknya perbaikan rumah kuno maupun dermaga tua harus dilakukan. Agar kota
tua Penagi tetap memiliki daya tarik sebagai wisata kota tua di Natuna, bagi
para wisatawan. Penataan kota tua Penagi, justru akan menjadi kekuatan
pariwisata baru di kawasan Natuna, karena kabupaten Natuna ini memiliki letak
yang strategis, berada di persimpangan negara negara tetangga, seperti
Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Singapura. Kesempatan menjaring wisatawan
lebih banyak, tidak hanya dari wisatawan local, tetapi juga wisatawan dari
negara negara tetangga. Kota Tua Penagi akan tetap memiliki daya tarik apabila
dikelola dengan lebih baik lagi.
Posting Komentar untuk "Kota Tua Penagi di Natuna"
Posting Komentar