Wanita perkasa, Petani rumput laut dari Pulau Rote


Berwisata ke pulau Rote, banyak tempat indah yang bisa kita jelajahi travellers. Salah satu kawasan yang harus jadi "must item to visit" saat ke Rote adalah pantai Fedok. Pantai ini memiliki panorama yang sangat indah, dan memiliki langit biru jernih yang menjadi ciri khas daerah timur Indonesia.

Kunjungan saya ke pantai Fedok tidak hanya sekedar menikmati panorama pantai yang indah, tapi juga ingin melihat budidaya rumput laut di dusun fedok. Selain bergantung dari pohon lontar, sektor kelautan juga menjadi sumber mata pencaharian penting bagi masyarakat Rote. Dusun ini dikenal sebagai salah satu penghasil budidaya rumput laut, meski tidak ada hamparan rumput laut di sepanjang bibir pantainya. 

Uniknya, tidak seperti di wilayah lainnya, di dusun Fedok, pertanian rumput laut dilakukan di tengah lautan berjarak ratusan meter dari bibir pantai dan dikerjakan oleh para wanita. Sayapun sempat bertemu sejumlah petani rumput laut sebelum mereka melaut. Menjadi petani rumput laut telah menjadi pekerjaan utama mereka. Dan para wanita ini mengerti betul kapan waktu yang tepat untuk menuju ke tengah laut, agar terhindar dari bahaya perubahan arus laut.



Sambil menunggu waktu melaut, biasanya mereka memperbaiki tali penambat rumput laut dan mengganti botol air mineral bekas sebagai pelampung yang sudah usang. Menjelang tengah hari para wanita dusun Fedok mulai bergerak ke tengah laut menggunakan perahu tanpa mesin. Dengan gagah berani mereka mendayung perahunya sendiri, tanpa bantuan siapapun.



Setibanya di lahan pertanian yang berjarak sekitar 2 sampai 3 kilometer dari bibir pantai, rumput laut yang mulai berwarna kecoklatan dipanen sebagian. Sisanya diikat kembali untuk menjadi bibit. Salah satu petani rumput laut yang saya temui di tengah laut, Merry bercerita bahwa panen rumput laut menjadi berkat bagi kehidupan mereka, karena hasil dari rumput laut inilah yang akan membuat mereka bisa terus menjalani kehidupan.


Panen rumput laut ini terjadi setiap satu bulan sekali, rumput laut yang berwarna coklat akan dipanen dan mengalami proses penjemuran. Biasanya proses penjemuran memakan waktu selama dua sampai tujuh hari sesudah panen, tergantung cuaca pada saat itu. Rumput laut mengalami pengeringan cukup baik jika saat diremas terasa sakit di telapak tangan. Rumput laut kering yang siap dijual dipasarkan seharga 8 ribu hingga 9 ribu Rupiah per Kilogram. 

Dengan meningkatnya permintaan ekspor pada tahun 2018, turut meningkatkan pendapatan masyarakat di dusun Fedok, desa Ulolot yang bergantung pada pertanian rumput laut. Inilah potret wanita pemberani di ujung negeri, dari dusun Fedok. Untuk bertahan hidup,  mereka bertaruh nyawa di tengah laut untuk mencari rumput laut. Melihat bagaimana mereka bertani rumput di tengah laut membuat saya berdecak kagum. Semoga hasil panen rumput laut selalu baik, sehingga mereka bisa mencukup kebutuhan keluarga.

Cheers


Posting Komentar untuk "Wanita perkasa, Petani rumput laut dari Pulau Rote"