Tradisi Kenduri Laut di Sabang
Hai Travellers.....sambil berjalan jalan, asik juga kalau kita bisa mengerti tradisi dan budaya setempat. Saat saya bertugas ke Sabang, tahun 2017 silam saya melihat sebuah perayaan tradisi yang unik, yaitu tradisi kenduri laut.
Tradisi kenduri laut tidak bisa terpisahkan dari kebiasaan nenek moyang kita yang memiliki mata pencaharian sebagai pelaut. Tradisi ini telah mendarah daging di kalangan nelayan Sabang, dan nelayan di bagian lain wilayan Indonesia, dengan nama tradisi yang berbeda. Saya berkunjung ke salah satu desa, tepatnya desa Balohan, Jurong ilee krueng yang sedang melakukan persiapan merayakan tradisi kenduri laut.
Untuk mengetahui sebenarnya apakah tradisi kenduri laut itu, saya bertemu dengan Panglima Laut kota sabang, M Ali Rani. Kenduri laut adalah komponen terkecil dari organisasi panglima laut, untuk menunjukkan rasa syukur atas tangkapan di laut. Kenduri artinya memberi kebahagiaan dari rejeki untuk disedekahkan kepada orang lain.
Saya pun melihat sekeliling, persiapan syukuran sedang dilakukan, masyarakat
bergotong royong untuk membuat makanan yang akan disantap bersama. Mereka
memasak sayur nangka dalam kuah beulangong atau wajan besar. Wah saya belum pernah melihat wajan sebesar ini, sehingga saat mengaduk menggunakan kayu yang cukup besar. Kebersaman
sangat terasa dalam persiapan tradisi kenduri laut. Melihat banyaknya makanan yang dimasak, pasti ribuan masyarakat dapat makan dengan kenyang.
Sementara proses persiapan hidangan dilakukan, tradisi kenduripun dilaksanakan. Sekelompok warga membawa sejumlah sesaji menuju ke
kapal. Doa pun
dipanjatkan sepanjang perjalanan, agar hasil laut terus melimpah. Di atas kapal
telah bersiap sejumlah nelayan dan pukat atau sejenis jaring untuk menangkap ikan.
Kapalpun
bergerak ke tengah laut, membawa sejumlah tokoh masyarakat dan nelayan yang akan melempar pukat. Sesampainya di
laut, pukat dilempar. Nelayan bergotong royong melempar pukat ke dalam laut, sebuah tradisi
yang melambangkan kebersamaan.
Saat proses
lempat pukat masih berlangsung, masyarakat sabang dihibur oleh tari Melaot, muda mudi sabang
dengan lincah bergaya, menghibur warga. Tari ini menggambarkan kehidupan nelayan di sabang.
Dari Panglima Laut, saya mengerti bahwa tarian ini adalah budaya orang di laut setelah sampai di darat. Cara menangkap ikan dengan pukat dipakai sebagai atraksi tarian menghibur masyarakat.
Kembali ke laut, pukat pun
kembali ditarik oleh nelayan, sebagai simbol hasil laut yang melimpah. Inilah tarik pukat, simbol penghargaan nelayan atas alat yang digunakan untuk
mencari nafkah. Saya sangat terhibur melihat tarian atapun tarik pukat yang dilakukan di laut. Indonesia sangat kaya akan tradisi yang masih lestari
Saya melihat masyarakat
sangat antusias menikmati setiap momen kenduri laut. Terkadang mereka bertepuk tangan dari tepi pantai saat melihat atraksi tarik pukat. Selesai melihat atraksi tarik pukat dan tarian, kini saat yang ditunggu tiba, makan makan...hehehe.
Sayur nangka, beserta lauk pauk lengkap dan minuman telah tersedia. Saya ikut antri makanan, dan bergabung bersama warga desa. Setelah mendapatkan makanan, saya pun melahap makanan di tepi pantai. Wah sebuah pengalaman yang tidak terlupakan, melihat tradisi kenduri laut sekaligus melahap makanan yang dipersiapkan secara gotong royong.
Semoga hasil laut masyarakat sabang akan terus berlimpah, karena mereka tidak pernah lupa bersyukur atas pemberianNya, sekaligus menghargai alat seperti pukat yang dipakai untuk melaut.
Cheers
Tradisi kenduri laut ini dapat anda saksikan dalam program Kita Indonesia, Sabang, pesona di Barat Indonesia
Posting Komentar untuk "Tradisi Kenduri Laut di Sabang"
Posting Komentar