Penyadap Nira dan Pembuat Gula Cair dari Pulau Rote


Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur sangat identik dengan pohon Lontar. Pohon ini tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Rote Ndao. Dari pohon Lontas, lahir Topi Ti'ilangga, alat musik Sasando yang terbuat dari daun lontar.

Keberadaan pohon lontar di pulau Rote, juga telah menjadi sumber kehidupan masyarakat setempat sejak dahulu kala. Hasil sadapan bunga pohon lontar telah lama dimanfaatkan masyakarat menjadi minuman nira atau menjadi gula merah cair.

Tertarik akan manfaat pohon Lontar ini, saya berkunjung ke desa Sanggaoen, kecamatan Lobalain, NTT. Saya bertemu dengan dengan pasangan suami istri, Martinus Manu dan Mariana, mereka bekerja sebagai penyadap nira sekaligus memasaknya menjadi gula cair. Sesampainya di rumah mereka yang sederhana, saya disambut dengan hangat. Kebetulan halaman depan mereka rindang oleh pohon Nira, saya pun diberikan tempat duduk, dan percakapanmun dimulai.

Pasangan suami istri ini memang menggantungkan kehidupannya, dari hasil menyadap pohon lontar. Mereka tidak memiliki pekerjaan lain. Dengan bahasa indonesia yang terbata bata, Martinus bercerita bahwa setiap hari ia harus naik minimal 20 pohon lontar di sekitar rumahnya untuk mengambil air sadapan pohon lontar. Mariana kemudian memberikan minuman air dari hasil sadapan pohon lontas. saya pun meminumnya, dan rasanya sangat luar biasa, segar dan manis alami. Mariana memberikan air sadapan pohon lontas yang baru saja diambil suaminya. 

Karena hari sudah sore, saya pun berjanji untuk datang lagi esok pagi untuk melakukan liputan,


dan keesokan paginya, kami sudah datang dari subuh, karena menurut cerita Martinus, pekerjaan menyadap pohon lontar ia lakukan sejak jam 5 pagi, ada puluhan pohon yang siap disadap. Karena sudah melakukan pekerjaan ini selama puluhan tahun, Martinus tidak mengalami kesulitan saat menyadap, ia bahkan hampir terlihat seperti spiderman yang bisa memanjat dengan cepat.



Sementara itu, kesibukan juga terjadi di bawah. Mariana mulai membakar kayu, dan memasak air hasil sadapan untuk dibuat gula cair. Berbeda dengan di daratan Nusa Tenggara Timur lainnya, yang menghasilkan gula merah padat, di desa Sanggaoen, air daun lontas hanya direbus menjadi gula cair. Tujuannya agar bisa langsung dijual.
Proses pembuatan air sadapan lontas menjadi gula cair tidak membutuhkan waktu lama. Cukup direbus selama dua jam, jadilah gula cair bening dan kental dengan rasa yang sangat manis.
Dalam satu kali olahan, pasangan Martinus dan Mariana dapat menghasilkan 4 botol gula cair ukuran 600 mili-liter.

Mariana biasanya menjual gula cair hasil olahannya dalam satu jerry can ukuran 5 liter dengan harga 60 ribu rupiah. Satu hal yang membuat saya terharu, ketika saya mohon pamit untuk pulang, saya dan tim diberikan oleh oleh berupa satu botol gula cair. Awalnya saya menolak, karena kalau diberikan kepada saya, pasti penghasilan Mariana akan berkurang. Namun ia bersikeras memberikan gula cair ini kepada saya. Walau mereka hidup dalam kesederhanaan, namun mereka memiliki hati yang baik. Semoga Martinus dan Mariana selalu diberikan kesehatan selalu.

Dan sayapun sangat menghargai pemberiannya, yang diberikan dengan hati yang tulus. Semoga suatu saat saya diberikan kesempatan untuk berjumpa dengan mereka lagi.

Cheers


Posting Komentar untuk "Penyadap Nira dan Pembuat Gula Cair dari Pulau Rote"