Legenda Si Pahit Lidah dari Sumatera Selatan


Travellers....Indonesia memiliki ragam keunikan tradisi leluhur. Untuk melihat kearifan lokal nusantara, saya berkunjung ke wilayah utara Palembang, Sumatera Selatan. Di sini saya saya menemukan nuansa alami, hamparan ilalang liar, bebatuan besar yang menghias tiap sisi desa Bukit Batu di kabupaten Ogan Komering Ilir. Desa bukit batu berjarak delapan puluh kilometer dari kota Palembang. Untuk sampai ke tempat ini, saya harus menempuh 4 jam perjalanan. Setelah sampai saya melihat banyak batu tersebar di dusun Bukit Batu, keberadaan batu ini menjadi penguat sebuah Legenda.

Legenda Serunting Sakti atau Si Pahit Lidah, dan inilah kisahnya....

Dahulu kala hiduplah Serunting, seorang pangeran  asal Sumidang, Sumatera Selatan. Diusianya yang terbilang dewasa, ia sudah memiliki seorang istri bernama sitti. Karena tidak bisa berpisah dengan adiknya, Aria Tebing, akhirnya Serunting mengijinkan adik iparnya untuk tinggal bersama mereka di istana. Merasa lebih nyaman tinggal di desa, Aria menolak ajakan Sitti. Akhirnya Sitti yang diwakilkan oleh Serunting bersama Aria Tebing bermufakat untuk membagi wilayah kebun warisan orang tua mereka dengan memberi pembatas. 

Suatu hari Serunting mendapati Aria Tebing sedang memetik hasil kebun yang berlimpah emas, di sisi lain kebunnya hanya menghasilkan tanaman biasa. Melihat adik iparnya menjadi kaya raya akibat hasil panen emas, maka timbullah rasa iri hati dalam diri serunting. Dengan liciknya ia menuduh Aria Tebing membalikkan pembatas kayu hingga akhirnya Serunting menantang Aria Tebing untuk bertarung. Menyadari dirinya tak mampu melawan kesaktian Serunting, Aria Tebingpun mendatangi Sitti, kakaknya untuk mencari tahu kelemahan Serunting Sakti. Awalnya Sitti ragu karena tak mampu mengkhianati suaminya, namun karena ia tidak ingin adiknya mati maka ia pun membocorkan letak kelemahan serunting.

“Kesaktiannya terletak pada ilalang yang tak pernah berhenti bergetar”

Maka pada hari yang ditentukan Serunting dan Aria Tebing bertemu di sebuah pada ilalang. Perkelahian pun mulai terjadi dan tampak jelas Aria Tebing tak mampu menandingi ilmu sakti serunting. Hingga saat serangan demi serangan mulai membuat Aria Tebing terdesak, pada saat yang tepat pula ia mencabut ilalang tersebut. Seketika itu pula Serunting jatuh tersungkur. Sadar telah dikhianati oleh istrinya, Serunting meninggalkan kampung halamannya dan menuju ke gunung Siguntang untuk bertapa. Ditengah-tengah pertapaannya, tiba-tiba terdengar suara gaib dari sang hyang mahameru. 

“hai anak muda/ jika engkau mampu bertapa hingga tanaman tumbuh mengelilingi tubuhmu/ maka engkau akan mendapatkan kekuatan gaib”

Tanpa pikir panjang, Serunting pun menyanggupi syarat tersebut. Rasa lapar dan dahaga dibuangnya jauh-jauh. Ia hanya berkonsentrasi untuk mendapatkan kekuatan, hingga dua tahun pun berlalu dan seluruh tubuhnya tertutup tanaman dan seketika itu pula kesaktian muncul dari lidahnya. Hal apapun yang terucap langsung berubah menjadi kutuk. Maka dinamakanlah ia sebagai si pahit lidah oleh masyarakat.  

Kabar kesaktian si Pahit Lidah sampai juga ke telinga Mata Empat. Karena merasa ikut terancam, maka Mata Empat menantang si Pahit Lidah untuk bertarung silat. Karena sudah berhari-hari bertarung namun tak ada yang kalah maka Mata Empat mengajukan siasat liciknya. Untuk memutuskan siapa yang menang, salah satu dari mereka berbaring di bawah pohon enau dan lawannya akan menjatuhkan batang pohon dari atasnya. 


Mata Empat mendapat giliran pertama, Ia pun berhasil menghindari batang pohon yang dijatuhkan oleh Pahit Lidah. Ini karena ia memiliki dua mata di bagian tubuh lain. 

Giliran Pahit Lidah pun tiba, begitu cepat Empat Mata menjatuhkan batang enau  hingga Pahit Lidah tak mampu menghindar, seketika itu Pahit Lidahpun tewas. Melihat lawannya tewas, Mata Empat seakan belum puas akan kemenangannya. Ia juga ingin memiliki ilmu Pahit Lidah seutuhnya. Dengan tamak, Mata Empat menjilat lidah sakti Serunting. Namun bukan kesaktian yang didapatkannya, justru kematian yang menjemputnya. 

Bagi masyarakat Sumatera Selatan, legenda si Pahit Lidah bukanlah isapan jempol belaka, saya pun mendatangi sebuah tempat yang diyakini berkaitan erat dengan Serunting Sakti. Serunting Sakti begitu dikenang di desa Bukit Batu, karena diyakini pertualangannya berakhir disini. Jejak peninggalan si Pahit Lidah konon juga terdapat di kabupaten Ogan Komering Ilir, tepatnya desa Bukit Batu. Di sini terdapat batu pengantin, yang konon adalah bermula dari pasangan pengantin yang disumpah oleh si Pahit Lidah karena tidak mengundangnya saat mereka menikah.

Selain itu juga ada pesan moral yang tersirat dalam kisah rakyat dari Sumatera Selatan ini, yaitu menyelesaikan masalah tidak perlu dengan kekerasan. Ketika pertarungan antara si Pahit Lidah dan Mata Empat, keduanya mati. Mengandung ajaran bahwa menyelesaikan masalah tidak perlu dengan kekerasan, karena kalah jadi, menang jadi arang. 

Demikian legenda si Pahit Lidah dari Provinsi Sumatera Selatan, begitu beruntungnya saya dapat mengetahui berbagai keragaman legenda di Indonesia.

Cheers


Posting Komentar untuk "Legenda Si Pahit Lidah dari Sumatera Selatan"