Legenda Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat
Hayoo
travellers.......siapa yang pernah ke gunung Tangkuban Perahu, di provinsi Jawa
Barat?
Gunung
dengan ketinggian sekitar 2000 meter dari permukaan laut ini dapat membuai kita
dengan keindahannya alamnya. Sejauh mata memandang, hanya anugerah alami yang
tercipta.
Keindahan
alamlah yang mengundang para wisatawan mengunjungi tempat ini. Meski
mereka harus merasakan suhu udara yang cukup ekstrim, saat berada di
puncak gunung Tangkuban Perahu. Gunung
yang kerap berselimut kabut dan berbau belerang ini adalah salah satu gunung
berapi di indonesia yang masih aktif. Di
balik keanggunan Tangkuban Perahu tersimpan sebuah legenda tentang terjadinya
gunung ini. Riwayat priangan tentang Dayang Sumbi yang dipercinta oleh sang
putra, Sangkuriang.
Legenda
ini bermula dari jatuhnya sebuah kain yang sedang di tenun oleh seorang wanita
cantik bernama Dayang Sumbi. Ia mengucap janji kepada para dewa, jika
yang mengambil seorang perempuan, maka akan dijadikan saudara, adik atau kakak
bahkan orang tua. Namun jika laki-laki maka akan dijadikan
suami.
Di
luar perkiraan ternyata yang mengambil kain tenun itu adalah seorang anjing
laki-laki bernama Tumang. Konon Tumang adalah seorang dewa yang di kutuk
menjadi seekor anjing. Setelah
kejadian itu akhirnya mereka menikah dan memiliki seorang anak yang tampan
juga pintar bernama Sangkuriang.
Sangkuriang adalah
anak yang baik, penurut juga sayang dengan Ibunya. Hingga beranjak dewasa Sangkuriang belum mengetahui siapa bapak dan dimana keberadaannya. Sangkuriang
senang sekali berburu ke hutan dan Tumang selalu setia menemani Sangkuriang
kemanapun ia pergi. Sampai
suatu ketika sang ibu meminta tolong kepada Sangkuriang untuk dicarikan
jantung dan hati seekor rusa.
Akhirnya Sangkuriang menyanggupi permintaan sang ibu, pergilah Ia ke dalam
hutan di temani oleh Tumang. Setelah sekian lama ia di hutan tidak
tampak seekor binatang buruan sama sekali. Sangkuriang merasa frustasi karena
ia sangat ingin membahagiakan ibunya dengan membawakan jantung dan ati rusa
kehadapannya.
Rasa
frustasi menggelapkan matanya, akhirnya ia melihat Tumang yang sedang sendirian
dari balik pohon dan mulai mengambil anak panah dari belakang punggungnya. Dengan tepat ia membidik ke arah bagian tubuh tumang lalu seketika Tumang
terkapar dan langsung di ambil jantung dan hati nya untuk dibawa kehadapan Ibunya.
Dengan
hati gembira Sangkuriang akhirnya memberikan jantung beserta hati yang diinginkan Ibunya dan Dayang Sumbi pun menerima dengan senang hati. Tidak
lama kemudian sang Ibu mulai menanyakan keberadaan si Tumang kepada Sangkuriang.
Dengan wajah bingung Sangkuriang pun akhirnya jujur bahwa
jantung dan hati yang tadi di bawanya adalah bagian tubuh dari si Tumang. Tak
kuasa menahan amarah, Dayang Sumbi memarahi Sangkuriang dan memukul
kepala nya dengan sebuah sendok nasi. Sangkuriang pun terluka dan pergi entah
kemana.
Sekitar
17 tahun kemudian akhirnya Sangkuriang yang sudah dewasa bertemu kembali
dengan Dayang Sumbi yang telah diberikan wajah cantik dan awet muda oleh para
dewa. Sangkuriang pun jatuh cinta kepadanya. Sangkuriang
yang sudah tumbuh dewasa ini memang memiliki paras yang tampan dan gagah sehingga dayang sumbi tidak tahu jika pria yang di cintainya ini
adalah Sangkuriang, anaknya sendiri. Sangkuriang
pun tidak percaya dengan perkataan Dayang Sumbi.
Ia menganggap ibunya sudah
tua dan tidak mungkin masih berparas cantik. Di tengah kebingungan, ahirnya Dayang Sumbi mengajukan beberapa syarat kepada Sangkuriang sebelum bersedia
dinikahi.
Sangkuriang
menerima syarat dari dayang sumbi dan menyanggupi untuk dapat menyelesaikan nya
dalam waktu 1 malam sebelum matahari terbit dan ayam berkokok. Dengan bantuan
jin-jin sangkuriang mulai membuat rangkaian-demi rangkaian kayu untuk
dijadikan sebuah kapal. Karena kesaktiannya tidak mustahil bagi Sangkuriang
untuk menyelesaikan semuanya sampai fajar tiba.
Dayang
sumbi tidak berdiam diri, Ia terus menerus memohon kepada para
dewa agar matahari cepat terbit dan ayam lekas berkokok, karena Dayang Sumbi
tidak mungkin menikahi anaknya sendiri.
Inilah
awal dari gunung Tangkuban Perahu atau perahu yang terbalik karena kemarahan Sangkuriang. Saya telah bertemu dengan Yayat, sang juru kunci
gunung ini, hingga saat ini ada beberapa ritual yang
biasa dilakukan masyarakat sekitar. Ritual yang telah diturunkan oleh nenek moyang, seperti sedekah bumi.
Kisah
percintaan terlarang antara Sangkuriang dan Dayang Sumbi telah
terkenal di akhir abad ke 15. Hal ini disebutkan dalam catatan
perjalanan pangeran Bujangga Manuk dari Istana Pakuan Bogor. Catatan
perjalanan yang tertuang dalam lembaran lontar ini kini tersimpan di
perpustakaan Bodlein/ Oxford, Inggris sejak tahun 1672.
Posting Komentar untuk "Legenda Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat"
Posting Komentar