Denting Merdu Sasando dari Pulau Rote
Pohon Lontar memang sudah dikenal sejak dahulu memiliki banyak manfaat ya travellers. Pohon ini
mampu bertahan hingga usia ratusan tahun pada daratan yang
cenderung kering, dan pernah dijadikan media tulis para Mpu terkenal masa lampau untuk menulis kitab kitabnya, seperti kitab Negara Kertagama
oleh Mpu Prapanca hingga kitab Sutasoma yang terkenal dengan kalimat Bhineka Tunggal Ikha oleh Mpu Tantular.
Tidak hanya dijadikan sebagai media tulis pada masa lampau
namun daun lontar juga sudah dijadikan sebagai alat musik yang memiliki suara
sangat merdu bernama Sasando yang konon diciptakan oleh pemuda pulau Rote
pada abad ke 7 sebagai persembahan untuk mempersunting putri raja.
Hingga saat ini Sasando terus dimainkan, perpaduan unik senar atau dawai dengan
resonansi yang berasal dari daun lontar yang dibentuk seperti tempat air ini
benar benar melahirkan suasana yang tenang.
Saat saya berkunjung ke pulau Rote, saya mampir ke rumah Herman Adolf Ledoh, seorang pengrajin sekaligus seniman yang piawai memainkan sasando. Warga desa Busalangga, kecamatan Rote Barat laut ini
yang tengah mengajari cucunya bermain sasando klasik yang disebut sasando gong
dengan 11 dawai. Tidak hanya piawai memainkan sasando, Herman Ledoh juga dikenal menjadi salah satu pembuat sasando yang paling di andalkan di pulau Rote. Detail dan bentuk sasandonya buatannya sudah dikenal secara luas memiliki bentuk yang indah. Sebuah
sasando bisa diselesaikan oleh Herman Ledoh dalam waktu satu minggu, untuk jenis
sasando biola dengan dawai hingga 24 senar. Meski mengalami sakit stroke hingga susah menggerakkan badan, Herman tetap bersemangat menceritakan bagaimana sasando yang ia buat, dan denting alat musik ini yang indah jika dimainkan. Satu sasando buatannya dihargai hingga 5 juta rupiah
Sasando terus mengalami pembaharuan dengan penyesuaian nada
nada alat musik gitar, sehingga bisa dimainkan untuk semua lagu. Sayangnya, menurut Herman Ledoh peminat jenis alat musik petik dari kawasan indonesia timur
yang mempunyai bentuk unik ini semakin berkurang, sehingga perlu ada upaya upaya pelestarian musik asando di sekolah sekolah. Semoga makin banyak generasi muda yang belajar Sasando ya travellers. Jadi alat musik khas Indonesia ini tetap lestari.
Happy Travelling to Rote Island...
Posting Komentar untuk "Denting Merdu Sasando dari Pulau Rote"
Posting Komentar